Jumat, 30 Mei 2014

Mei 30, 2014 Posted by Dayat Java No comments
Posted by Dayat Java on Mei 30, 2014 with No comments
Definisi
Analytical Hierarchy Process (AHP). Diikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada     tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu  proses sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk   memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok –      kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesa maka akan dapat ditentukan  elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
Menurut Badiru (1995), AHP merupakan suatu pendekatan praktis untuk memecahkan masalah keputusan kompleks yang meliputi perbandinagn alternatif.AHP juga memungkinkan pengambilankeputusan menyajikan hubungan hierarki antara faktor, atribut, karakteristik atau alternative dalam lingkungan pengambilan  keputusan. Dengan cirri – ciri khusus, hierarki yang dimilikinya, masalah kompleks yang tidak terstruktur dipecahkan dalam kelompok -kelompoknya.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus               dipahamidiantaranya adalah : decomposition,comparative judgment, synthesis of priority, dan logicalconsistency.
b. Prinsip AHP
1.      Decomposition (Penyusunan Hirarki).
     Setelah persoalan didefenisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur – unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur – unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehinggadidapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy). Ada 2 (dua) jenis hierarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hierarki lengkap, semua elemen pada suatu     tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidakdemikian dinamakan hierarki tak lengkap.
2.      Comparative Judgement (Penilaian Perban- dingan Berpasangan.
     Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative 2 (dua) elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya.Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen – elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila  disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah :
             a. Elemen mana yang lebih (penting/disuka/…) ?
                                     dan
            b. Berapa kali lebih (penting/disuka …) ?

            Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan 2 (dua) elemen seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen – elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujua  yang dipelajari.
3.      Sintesa Prioritas
     Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan  prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap  elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau  dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya. 

cLangkah dan Prosedur AHP.
        Buchara (2000) mejelaskan bahwa secara umum, langkah – langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk memecahkan suatu masalah adalah sebagai berikut :
1.      Mendefenisikan permasalahan dan menentukan tujuan. Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioritas alternatif, maka tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.
2.      Menyusun masalah ke dalam suatu struktur hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3.       Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada setiap hierarki. Prioritas ini dihasilkan dari suatu matriks perbandingan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
4.      Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang     didapatkan pada tiap tingkat hierarki.

Sedangkan langkah-langkah pair-wise comparison AHP  :

1.        Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2.        Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan        metode   “pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3.        Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4.        Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5.        Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya          konsitensi     dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b)
 
d. Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode AHP
a. Kelebihan
1.   Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai  pada   sub-sub kriteria yang paling dalam.
2.   Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3.   Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas             pengambilan keputusan.
b. Kelemahan
1.   Ketergantungan model AHP pada input utamanya.
     Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan   subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli  tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2.  Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik   sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.
5.      Metode IRR
6.      Metode NPV
7.      Metode FMADM
Fuzzy Multiple Attribute Decission Making adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu
8.      Metode SAW
Metode SAW sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua attribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.
6. Contoh Kasus
     Kasus yang dibahas ini adalah pemilihan ponsel masa kini yang terbaik dari berbagai brand ternama. Antara Nokia, Samsung, SonyEricson.
·  Dasar Penentuan Kriteria.
Penentuan kriteria-kriteria dalam SPPK ini didasarkan pada hal-hal yang sekiranya sangat berpengaruh dalam sebuah telepon seluler (ponsel) baik hardware, teknologi, software maupun jaringan. Pada setiap kriteria diberikan bobot yang berbeda-beda karena setiap kriteria memiliki pengaruh yang dominan atau tidak dalam spesifikasi sebuah ponsel,berikut penjelasan setiap kriteria :
1.      Fitur.
Meliputi :  kamera
                  musik
                  ketajaman warna
                  layar
                  internet mobile dll.     
Sistem Operasi diberikan bobot sebanyak 15%.
2.      Teknologi.
Meliputi :  Touch screen
                  Touch Pad
Teknologi diberikan bobot sebanyak 5%.
3.      Harga.
Meliputi :  Low End
                High End
Harga diberikan bobot sebanyak 20%.
   a. Yang pertama kali dilakukan adalah Menentukan bobot kriteria mana yang paling                          penting, yang dalam terminologi AHP disebut pair-wire comparation
·         Harga 4  kali lebih penting dari Teknologi
·         Harga 1,5 kali lebih penting dari fitur
·         Fitur 3 kali lebih penting dari teknologi.
Selanjutnya hasil pair-wire comparation diatas akan  dibuat tabulasinya, yang dalam istilah AHP disebut sebagai pair comparation matrix.
Pair comparation matrix
Kriteria
Harga
Fitur
Teknologi
Priority Vector
Harga
1
1,5
4
0,5143
fitur
0,7
1
3
0,3620
teknologi
0,25
0,33
1
0,1232
Jumlah
1,95
2,83
8
0,9995
Pricipal Eigen Value (lmax)

3,0
Consistency Index (CI)

0
Consistency Ratio (CR)

0,0%
Keterangan :
·      Jumlah merupakan penjumlahan dari semua angka yang ada pada baris diatasnya  dalam satu kolom.
·     Priority Vector merupakan hasil penjumlahan dari semua sel disebelah Kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan jumlah yang ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3.
Angka 3 diperoleh dari jumlah kriteria yaitu harga, fitur dan teknologi.
·       Priority vector = 0,5143 diperoleh dari perhitungan (1/1,95+1,5/2,83+4/8) * 1/3
·       Priority vector = 0,3620 diperoleh dari perhitungan (0,7/1,95+1/2,83+3/8) * 1/3
·       Priority vector= 0,3620 diperoleh dari perhitungan(0,25/1,95+0,33/2,83+1/8)*1/3
·   Prioity Vector menunjukan bobot dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini harga merupakan bobot tertinggi/terpenting dalam pemilihan ponsel, disusul fitur dan yang terakhir adalah teknologi. 
·    Setelah mendapatkan bobot untuk setiap kriteria (yang ada pada kolom Priority  Vector), maka selanjutnya  mengecek apakah bobot yang dibuat konsisten atau tidak.  Untuk hal ini, yang pertama yang dilakukan adalah menghitung Pricipal Eigen Value (lmaxmatrix.
Principal Eigen Value (lmax) matrix perhitungannya dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara jumlah dan priority vector.
Principal Eigen Value (lmax) = (1,95×0.5143)+(2,83×0,3620)+(8×0.1232)=3,0
·           Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus
CI = (lmax-n)/(n-1), untuk n = 3
CI= (3,0-3) / (3-1) = 0, CI sama dengan nol berarti pembobotan yang dilakukan sangat konsisten
·           Menghitung Consistency Ratio (CR) diperoleh dengan rumus CR=CI/RI, nilai RI bergantung pada jumlah kriteria seperti pada tabel berikut:

n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0
0,58
0,9
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
Jadi untuk n=3, RI=0.58. 
CR=CI/RI = 0/5,8 = 0,0
Jika hasil perhitungan  CR lebih kecil atau sama dengan 10% ,  ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima.
b.    Yang ke dua memberi penilaian terhadap ponsel , disebut  pair-wire comparation.

-          Memberikan penilaian bobot harga :
Samsung harganya 4  kali lebih murah dari Nokia
Samsung harganya 3 kali lebih murah dari Sony ericson
Nokia harganya 1/2 kali lebih murah  dari Sony ericson.

  Pair wire comparation :
Pair comparation matrix
Kriteria
Samsung
Nokia
sonyericson
Priority Vector
Samsung
1
4
3
0,6232
Nokia
0,25
1
0,5
0,3333
Sony ericson
0,33
2
1
0,2332
Jumlah
1,5833
7
4,5
1,1897
Pricipal Eigen Value (lmax)

3,02
Consistency Index (CI)

0,1
Consistency Ratio (CR)

2,0%

Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling murah adalah samsung dengan skor 0,6232 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333 dan sony ericson dengan skor 0,2332.
Nilai CI adalah 0,1 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi karena nilai CR=2,0% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih bisa diterima.

-          Memberikan penilaian bobot fitur
Kelengkapan Fitur Samsung ½ kali dari Nokia
Kelengkapan Fitur Samsung 2 kali dari Sony Ericson
Kelengkapan Fitur Nokia 3 kali dari  Sony Ericson

Pair-wire comparation :
Pair comparation matrix
Kriteria
Samsung
Nokia
sonyericson
Priority Vector
Samsung
1
0,5
2
0,3645
Nokia
2
1
3
0,3333
Sony ericson
0,5
0,33
1
0,3332
Jumlah
3,2
1,83
6
1,0310
Pricipal Eigen Value (lmax)

3,76
Consistency Index (CI)

0,38
Consistency Ratio (CR)

0,06%

Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling lengkap fiturnya adalah samsung dengan skor 0,3645 ,disusul Nokia dengan skor 0,3333 dan sony ericson dengan skor 0,332.
Nilai CI adalah 0,38 yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi karena nilai CR=0,06% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih bisa diterima.

-          Memberikan penilaian bobot teknologi
Kecanggihan Teknologi Samsung 1/3 dari nokia
Kecanggihan teknologi Samsung 2 kali dari sony Ericson
Kecanggihan teknologi nokia 3 kali dari sony Ericson
        Pair-wire comparation :
Pair comparation matrix
Kriteria
Samsung
Nokia
sonyericson
Priority Vector
Samsung
1
0,33
2
0,3332
Nokia
3,03
1
3
0,9998
Sony ericson
0,5
0,33
1
0,3332
Jumlah
4,53
1,66
6
1,6662
Pricipal Eigen Value (lmax)

5,16
Consistency Index (CI)

1,08
Consistency Ratio (CR)

0,36%

Arti dari tabel diatas adalah dari ketiga ponsel, yang paling canggih teknologinya adalah Nokia dengan skor 0,9998 ,disusul Samsung dan sony ericson dengan skor 0,3332.
Nilai CI adalah 1,08  yang berarti pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi karena nilai CR=0,36% lebih kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih bisa diterima.

c.         Tahap ke tiga Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria, maka langkah terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga ponsel. 
Semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite weight.
Overall composite weight :
Overall composite weight
weight
Samsung
Nokia
Sony Ericson
Harga
0,5143
0,6232
0,3333
0,2332
Fitur
0,3620
0,3645
0,3333
0,3332
Teknologi
0,1232
0,3332
0,9998
0,3332
Composite Weight

0,4934
0,4151
0,2715

·         Weight diambil dari kolom Priority Vektor dalam matrix kriteria.
·         Kolom (Samsung, Nokia, Sony Ericson) diambil dari kolom priority vectir ketiga matrix harga, fitur, teknologi.
·          Composite weight diperoleh dari hasil jumlah perkalian diatasnya dengan weight.
              -  Samsung = 0,5143.0,6232+0,3620.0,3645+0,1232.0,3332 = 0,4934    
              -  Nokia = 0,5143.0,3333+0,3620.0,3333+0,1232.0,9998 = 0,4151
              -  Sony Ericson = 0,5143.0,2332+0,3620.0,3332+0,1232.0,3332 = 0,2715
·          Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Samsung mempunyai skor paling tinggi yaitu 0,4934 , kemudian Nokia dengan skor 0,4151 dan paling bawah Sony Ericson 0,2715. Sehingga Ponsel yang paling baik dan dipilih adalah ponsel brand Samsung.



KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1.       Secara umum DSS adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu mengambil   keputusan dengan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang  terstruktur.
2.      DSS membantu pengambil keputusan dalam mengenai masalah dan kemudian memformulasikan data pendukung untuk keperluan analisis dan pengambil tindakan.
3.      DSS membantu pengambil keputusan dalam mengenali masalah dan kemudian memformulasikan data pendukung untuk keperluan analisis dan pengambilan tindakan.
4.      Metode AHP  merupakan salah satu model pengambilan keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis.
5.        AHP metode yang dapat digunakan untuk pengambilan sebuah keputusan ,kesalahan,keterlambatan,keraguan untuk mengambil keputusan bisa berkurang.
6.        Sistem pendukung keputusan pemilhan ponsel berguna untuk membantu para pembeli menentukan ponsel yang terbaik sebelum para pembeli membeli ponsel yang dinginkan. Dengan memberikan pengukuran menggunakan beberapa kriteria dan kategori yang telah ditentukan, ponsel dapat terukur kualitasnya. Jika ponsel memiliki nilai tinggi pada kriteria dan kategori, maka ponsel termasuk ponsel yang baik dan sebaliknya jika ponsel memiliki nilai yang kecil ponsel tersebut bernilai kurang dalam hal kualitasnya.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Muliyadi, 2003, Perencanaan dan Pembuatan Perangkat Lunak Visualisasi Metode Analytical   Hierarchy Process (AHP), PENS-ITS.
2.      L. Saaty, Thomas, 1993, Pengambilan keputusan bagi para pemimpin, PT Pustaka Binaman Pressindo
3.       http://nikabon.blogspot.com  

0 $type={blogger}:

Posting Komentar